Saturday 4 July 2015

Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Broken Triangle/Square/Heart

Diposkan Oleh: Citra Abadiah Magdela
hari/Tg            :  Sabtu, 4 July 2015

Hai guys, salam kenal... ini blog dan coretan pertama yg saya buat. jujur aja saya masih awan mengenai blogging. jadi mohon berbagi ilmunya yah blogger mania :) oke to the point aja, ke inti materi yg akan saya tulis. ini merupakan materi yg ada dalam skripsi saya yg berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Broken Triangle/Square/Heart Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Mata Pelajaran Pkn”.  


Jangan Lupa Tinggalkan Komen yaaa :)


Pengertian Cooperative Learning

Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran diperlukan adanya suatu strategi belajar mutakhir yang memungkinkan siswa dapat menyerap dan memahami secara mendalam materi yang dibelajarkan oleh guru.  Salah satu strategi belajar yang dapat digunakan oleh guru adalah Cooperative Learning, dimana dalam strategi ini kegiatan belajar dilakukan dengan mengelompokan siswa ke dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Kata Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. ( Isjoni, 2013: 15)
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang pada saat ini banyak diterapkan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar melibatkan keaktifan anak. Melalui cooperative learning, proses pembelajaran akan berpusat pada anak (student oriented) jadi akan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan siswa yang tidak peduli terhadap temannya yang lain.
Beberapa ciri cooperative learning menurut isjoni (2010: 20) adalah:
a.         Setiap anggota memiliki peran.
b.        Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
c.  Setiap anggota keompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
d.        Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.
e.         Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Mengacu pada ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning memungkin terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa lainnya, setiap anggota siswa dalam model pembelajaran ini memiliki peran dalam kelompoknya. Pembelajaran ini dikatakan berhasil apabila semua anggota kelompok dapat memahami konsep materi yang dipelajari, jadi apabila terdapat salah satu anggota kelompok yang tidak memahami konsep materi, maka anggota kelompok yang lainnya turut bertanggung  jawab.
         Pengertian  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Broken Triangle/Square/Heart ( Pecahan  Segitiga/Bujursangkar/Hati).
            Komalasari ( 2010: 86) mengemukakan bahwa:
Model pembelajaran broken triangle/square/heart ( pecahan  segitiga/bujursangkar/hati) seringkali disebut juga dengan puzzle, dimana siswa mengelompokan materi yang terpisah-pisah (pecah-pecah) ke dalam satu kesatuan konsep materi yang terbentuk dalam segitiga/bujur sangkar/hati. Umumnya digunakan pada materi yang berisi uraian dalam bentuk option-option.).
Gambar 1
(Siswa SMPN 1 Binong mempraktekan model pembelajaran Broken triangle/square/heart)

Kata puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang. Puzzle merupakan media permainan yang dimainkan dengan cara membongkar pasang, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 352),  Puzzle merupakan “teka-teki”
            Hamalik (1980: 57) mengemukakan bahwa “ gambar adalah sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan dan fikiran”. Jadi media puzzle termasuk ke dalam media visual.
            Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran broken triangle/square atau sering disebut puzzle merupakan model pembelajaran yang menggunakan media visual, karena hanya melibatkan indera pengelihatan saja dan model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dapat memberikan kesenangan kepada siswa saat belajar karena dengan menggunakan media puzzle siswa dapat bermain sambil belajar. Dengan menggunakan model ini siswa dapat belajar secara aktif dan menambah pemahamannya terhadap materi yang diajarkan.
  

 

   Gambar  2
Bentuk Pecahan Segitiga/Bujursangkar/Hati.
(Sumber: Komalasari, 2010)

  Fungsi Model Pembelajaran Broken Triangle/Square/Heart ( Pecahan Segitiga/Bujursangkar/Hati).
Mengacu pada pendapat di atas bahwa model pembelajaran broken triangle/square/heart merupakan model pembelajaran yang menggunakan media visual. Levied an Lents (Arsyad, 1996: 16) mngemukakan empat fungsi media visual, yaitu :
1)      Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan.
2)      Fungsi afektif, yaitu penggunaan media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar gambar atau melalui teks yang berganbar.
3)      Fungsi kognitif, terlihat dari temuan-temuan peneliti yang mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar mmperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4)      Fungsi kompensatoris, bahwa media visual memberikan konteks untuk memahami teks guna membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa model pembelajaran broken triangle/square/heart selain dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar juga dapat memicu siswa untuk memahami materi yang diberikan oleh guru.  Atas dasar ketertarikan siswa terhadap pembelajaran maka akan hilanglah rasa jenuh dan bosan ketika belajar.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Hernowo  (dalam Sukmawati, 2010: 2) yang menyatakan bahwa:
Apabila minat seorang siswa dapat ditumbuhkan ketika mempelajari sesuatu,   lantas dia dapat terlibat secara aktif dan penuh dalam membahas materi-materi yang dipelajarinya, dan ujung-ujungnya ia terkesan dengan sebuah pembelajaran yang diikutinya, tentulah pemahaman akan materi yang dipelajarinya dapat muncul secara sangat kuat. Rasa ingin tahu atau kehendak untuk menguasai materi yang dipelajarinya akan tumbuh secara hebat apabila ia berminat, terlibat dan terkesan.

  Langkah-langkah Model Pembelajaran Broken Triangle/Square/Heart ( Pecahan  Segitiga/Bujursangkar/Hati)
Adapun langkah-langkah kegiatan dari model pembelajaran ini menurut Komalasari (2010: 87) adalah sebagai berikut:
a.         Guru menyiapkan beberapa bentuk segitiga/bujur sangkar/hati yang dipecah ke dalam beberapa kartu. Masing-masing kartu berisi satu option uraian dari konsep materi dan akan membentuk satu kesatua(utuh) bentuk tertentu segitiga/bujursangkar/hati.
b.        Setiap kelompok siswa mendapat beberapa potongan kartu pecahan dari segitiga/bujur sangkar/hati.
c.         Setiap kelompok siswa membentuk satu kesatuan kartu ke dalam segitiga/bujur sangkar/hati yang tepat sehingga membentuk satu kesatuan konsep materi.
d.        Setiap kelompok siswa yang dapat membentuk satu kesatuan kartu pecahan segitiga/bujur sangkar/hati sbelum batas waktu diberi poin.
e.         Perwakilan masing-masing kelompok siswa menempelkan satu kesatuan kartu pecahan segitiga/bujur sangkar/hati di papan tulis.
f.         Guru dan siswa mengklarifikasi hasil karya siswa dalam membentuk segitiga/bujur sangkat/hati konsep materi.
g.        Kesimpulan/penutup.

Berdasarkan pendapat  Komalasari (2010 : 87) dapat digambarkan langkah-langkah penerapan model pembelajaran Broken Triangle/Square/Heart  dalam pembelajaran PKn adalah sebagai berikut:       

1.      Guru membagikan beberapa kartu pecahan segitiga/bujur sangkar/ hati yang memuat konsep PKn kepada masing-masing kelompok siswa.
2.      Guru memberikan intruksi kepada siswa untuk menyusun kartu menjadi sebuah kesatuan bentuk segitiga/bujur sangkar/hati tanpa memberitahukan konsep apa yang mereka dapat.
3.      Setiap kelompok menyusun kartu pecahan dengan tepat.
4.      Perwakilan tiap kelompok menempelkan kartu ke karton yang sudah disediakan.
5.      Setiap kelompok menjawab pertanyaan mengenai konsep PKn apakah yang mereka susun.
6.      Guru dan siswa mengklarifikasi hasil karya dan Setiap kelompok yang mengerjakan sebelum batas waktu diberikan poin.
d.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Broken Triangle/Square/Heart.
Mengingat tidak ada sesuatu yang benar-benar ideal di dunia ini, begitupun juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe Broken Triangle/Square/Heart.yang disisi lain memiliki banyak keunggulan tapi pasti memiliki kelemahan juga. Mengenai kelebihan dan kekurangan model pembelajaran ini merujuk pada pendapat Gheovanchof dalam Gheovanchof.wordpress.com/2013/01/09/hakikat-metode-permainan-broken-triangle peneliti menjabarkan sebagai berikut:
1)      Kelebihan
b)         Memacu kreatifitas dan motivasi belajar siswa
c)         Menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga siswa tidak jenuh dan bosan.
d)        Memancing kerjasama antar siswa.
e)         Memicu interaksi yang baik antar siswa.
f)          Membantu siswa memahami konsep yang sulit dipahami.
g)         Menciptakan interaksi timbal-balik antara guru dengan siswa.
2)  Kekurangan
a)        Memerlukan waktu yang relatif lama dan persiapan yang matang.
b)        Sarana atau alat bermain harus dipersiapkan sebelumnya.

                                            Daftar Pustaka
Arsyad, A. (1996).  Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Ernawati.(2003). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung : Cita Aditya Bakti.

Isjoni (2010). Cooperative Learning mengembangkan kemampuan kelompok. Bandung: Alfabeta.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.


Sukmawati, A. (2010). Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Gheovanchof. (2013) Hakikat Model Pembelajaran Broken Triangle. [online]. Tersedia: Gheovanchof.wordpress.com/2013/01/09/hakikat-metode-permainan-broken-triangle. [19 Desember 2013]

No comments :

Post a Comment